Kamis, 14 Maret 2013

Irigasi kunci keberhasilan petani Aceh


PADA 2013 pemerintah Aceh menargetkan hasil produksi padi 1.971.717 ton. Target ini lebih besar dari tahun sebelumnya. Guna mencapai target tersebut, tahun ini juga Pemerintah Aceh mendapat bantuan benih dari Pemerintah Pusat dan berbagai program telah dirancang, antara lain perluasan areal tanam, program pengendalian hama terpadu, dan program penyuluhan petani.

Selain itu, banyak juga faktor yang dapat mempengaruhi naik turunnya rata-rata produksi padi per hektare. Pertanian merupakan tumpuan 60 persen masyarakat Aceh, irigasi menjadi permasalahan besar yang dialami oleh petani Aceh.

Pada 2012 daerah-daerah yang mengalami kekeringan di antaranya Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya, Bireuen dan Aceh Utara dan Aceh Selatan, sehingga banyak tanaman padi yang gagal panen.

Jika permasalahan ini tidak segera diselesaikan maka target tersebut tidak akan tercapai dan Aceh gagal menjadi lumbung padi nasional.
Akibat belum optimalnya infrastruktur pengairan di Aceh, Pemerintah Aceh berencana mengalihkan dana pembangunan kereta api ke irigasi. Program ini menjadi angin segar bagi para petani Aceh.

Selain itu untuk pembangunan irigasi di Aceh, gubernur juga telah menyampaikan kepada Menteri PU saat gubernur menjadi pembicara utama dalam lokakarya Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Air dan Wilayah Sungai Aceh dan Sulawesi Utara.

Lokakarya tersebut turut dihadiri Duta Besar Jepang, Direktur Sumber Air Kementerian Pekerjaan Umum, Bappenas, Kementerian Dalam Negeri, Asian Development Bank (ADB) Manila, Country Director ADB Jakarta, Kepala Perwakilan JICA, Kepala Perwakilan Koica Jakarta dan sejumlah pejabat penting lainnya.

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengairi lahan pertanian di Aceh. Seperti air sungai dapat dialirkan langsung ke lahan pertanian, menyiram satu per satu tanaman, menggunakan pompa air tenaga surya, dan sebagainya.

Sistem Pompa Air Tenaga Surya (PATS) ditemukan pada tahun 1941, dan dan telah dikembangkan oleh Alpen Steel. Pompa air tenaga surya lebih cocok digunakan di sekitar wilayah yang kekurangan air.

PATS sumber airnya dapat diambil dari sumur gali, sumur bor, sungai, danau, dan sebagainya. PATS sangat dapat diandalkan dan tidak ada perawatan khusus yang harus dilakukan.

Sistem ini tidak menggunakan baterai sebagai media penyimpanan energi, tidak membutuhkan tenaga operator untuk mengoperasikan sistem ini dan memiliki usia pakai yang jauh lebih panjang, tidak membutuhkan bahan bakar minyak sehingga tidak memerlukan iuran dari para pengguna air.

Maka, teknologi itu selain ramah lingkungan, biaya operasional cukup rendah namun lebih dari itu mampu memasyarakatkan teknologi di kalangan masyarakat terpencil.

Selama matahari bersinar pompa ini akan terus mengeluarkan air. Untuk mengatasi kekurangan air saat matahari tidak bersinar perlunya bak penampungan sementara sehingga kebutuhan air tetap dapat dipasok.

Aceh dapat mencontoh California, Amerika Serikat. Pada 1983, California membangun pembangkit listrik tenaga surya terbesar di dunia. California telah menggunakan tenaga surya untuk memenuhi seluruh kebutahan dan aktifitas masyarakatnya. Selain itu negara lain seperti Afrika Selatan, Jepang, Cina, Denmark, Jerman juga telah menggunakan sistem tenaga surya.
Di Hamburg, lampu-lampu di taman dan kebun, lampu senter, TV, lampu besar di depan pintu utama, jam dinding, lemari es, di dalam atau di luar ruangan, begitu juga untuk memenuhi pasokan air di negara tersebut dan masih banyak lagi, semua itu menggunakan tenaga surya.
Sementara di Aceh sendiri tak terlihat orang menggunakan tenaga surya. Padahal tenaga surya dapat menghemat APBD dan ramah lingkungan. Jika sistem ini didorong oleh Pemerintah Aceh maka tidak mustahil Aceh menjadi salah satu lumbung padi nasional.

Irigasi di Aceh
Kecamatan Kluet Timur, Aceh Selatan, salah satu wilayah di Aceh yang tiap tahunnya dilanda kemarau, sehingga para petani tidak bisa bercocok tanam dua kali setahun. Hal ini diakibatkan kurangnya pasokan air dan tidak baiknya infrastruktur irigasi.

Proyek pembangunan bendungan irigasi di Kluet Timur mulai dikerjakan Oktober 2011. Tapi sampai saat ini belum bisa dimanfaatkan oleh masyarakat, sehingga ribuan hektare lahan persawahan masyarakat di kawasan itu tidak sebaik produksi daerah lain. Permasalahan inilah yang selalu dialami para petani di Kluet Timur.

Wilayah seperti ini sangat cocok menggunakan sistem pompa air tenaga surya. Energi pompa berasal dari cahaya matahari, maka volume air yang dihasilkan oleh sistem pemompaan lebih banyak saat kemarau, sedangkan saat musim hujan volume air yang dipompa lebih sedikit.
Irigasi yang baik untuk pemenuhan air pertanian adalah satu liter per detik untuk mengaliri 1 hektare lahan sawah. Jadi kalau ada sungai yang memiliki debit air minimum pada musim kemarau hingga 2 meter kubik per detik, maka akan mampu mengairi sawah seluas 2000 hektare.

Jika sistem pompa air tenaga surya ini tidak direalisasikan sejak dini, target produksi padi di Provinsi Aceh pada 2013 tidak akan tercapai, akibat dampak terjadinya kemarau panjang.
Sebuah survei menunjukkan, kini Thailand masih bertengger sebagai pengekspor beras terbesar di dunia, diikuti Vietnam. Survei ini bisa saja berubah jika semua permasalahan petani Aceh dapat diminimalisir. Semoga sistem pompa air tenaga surya dapat digunakan petani Aceh dan harapan para petani ini mendapat perhatian Pemerintah Aceh.

* Ketua Umum Gerakan Mahasiswa Satu Bangsa Aceh Selatan dan Sekretaris Umum Ikatan Pemuda Pelajar Mahasiswa Kluet Timur.
- See more at: http://atjehpost.com/saleum_read/2013/03/14/43750/77/3/Irigasi-kunci-keberhasilan-petani-Aceh#sthash.JHEndTZz.dpuf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar